Pengalaman Pasang Behel (Kawat Gigi) di RSGM Prof. Soedomo FKG UGM Yogyakarta

Tulisan ini merupakan pengalaman pertamaku berurusan dengan dokter gigi. Sejauh aku punya gigi *loh* belum pernah punya keluhan 'sakit gigi' ya jadi ini bener-bener pengalaman pertamaku berurusan ke dokter gigi hihi. Sebelum masuk ke pengalaman pasang behel/kawat gigi boleh kah aku jelasin kondisi gigiku? OK boleh, terima kasih 😊.
Jadi aku punya bentuk gigi yang cenderung besar-besar tapi punya bentuk rahang yang kecil, berakibat pada susunan gigiku yang berjejal atau tidak teratur. Jadi kasusunya susunan gigi berjejalku itu terjadi di rahang atas dan rahang bawah (bisa kebayang kan?). Bukan hanya dari sisi estetika, dari sisi kesehatanpun perlu 'dibenahi' susunannya. Terus kenapa baru berniat pasang behel sekarang? Sebenarnya setelah lulus dari MTs/SMP (fyi usiaku sekarang 20+ hihi) sudah berniat buat pasang. Singkat cerita pernah konsultasi ke dokter gigi, dan di hari itu juga mengurungkan niatku untuk pasang behel hihi kenapa? karena kata dokter, nanti dalam proses pemakaian behel/kawat gigi akan ada 4 (empat) GIGI SEHAT yang perlu DICABUT.. nah tu kebayang? (padahal mau dipasang dulu atau sekarangpun tetap harus ada gigi yang dicabut hihi)

02 September 2019


Hari ini kali pertamaku berkunjung ke RSGM UGM. Pertama masuk ke RSGM sejujurnya masih bingung dan belum ada bayangan nanti gimana-gimananya. Fyi ini aku ke RSGM sendirian jadi gada temen diajak bingung HAHA. Setelah masuk ku amati keadaan sekitar untuk menganalisa *loh* bagaimana dan dimana letak mengambil nomor antreannya. Jadi untuk pendaftaran pasien RSGM UGM itu ada 2 (dua) jenis yaitu, pendaftaran pasien baru dan pendaftaran pasien lama. Karena aku termasuk pasien baru, jadi step pendaftarannya lumayan panjang. Nantinya pasien baru mengambil nomor antrean kemudian dapat 2 (dua) jenis kertas yang perlu diisi, satu formulir pendaftaran (kertas putih) yang satu kartu pasien (warna biru).

Nomor antrean (kuning), Formulir pendaftaran pasien baru (putih), Kartu pasien (biru)



Setelah nomor kita dipanggil, petugas pendaftaran akan menanyakan keperluan kita apa kemudian kita diberi pilihan mau ke dokter spesialis atau dokter residen. Fyi dokter residen itu dokter yang sedang menjalani pendidikan untuk mendapatkan gelar dokter spesialis CMIIW. Setelah menimbang-nimbang kegalauan pilihanku jatuh pada dokter residen *yeay*, kenapa? Meskipun masih dalam gelar ‘sedang masa pendidikan’ dokter residen tentunya masih dalam bimbingan dokter spesialis, jadi tidak mungkin asal-asalan dong.
Selain itu, biaya pemasangan behel/kawat gigi dengan dokter residen dirasa lebih ekonomis dibandingkan dengan dokter spesialis (maklum honorer) hihi. Tetapi tetap ya antara dokter spesialis dan dokter residen punya keistimewaannya sendiri, nanti kalian juga paham hihi.
Setelah selesai berurusan dengan petugas pendaftaran, kita diarahkan untuk antre (lagi) dibagian perawat gigi untuk di cek berat badan, tinggi badan, tekanan darah, dan beberapa pertanyaan tentang riwayat penyakit. Setelah selesai cek kita menunggu (lagi) di ruang tunggu yang sudah diarahkan, karena aku tidak tau nama tempatnya maka ku sebut saja di lorong ‘bilik-bilik putih’.

Setelah nama kita dipanggil oleh dokter, kita diarahkan masuk ke salah satu bilik putih kemudian dokter menanyakan beberapa pertanyaan mengenai alasan dan keluhan kita mengenai gigi, setelah itu kita diminta duduk di dental chair. Ditahap ini dokter akan memeriksa gigi kita. Setelah pemeriksaan dokter akan memberikan beberapa informasi mengenai keadaan gigi kita, proses pemasangan, dan kontrak perawatan dengan dokter residen. Proses pemasangan behel/kawat gigi diantaranya; rontgen gigi, cetak gigi, scaling gigi, cabut gigi/tidak, baru bisa pemasangan bracket.

Setelah dirasa mantap dan yakin, dokter akan meminta kita mengisi identitas (nama, alamat, dan nomor handphone) dan akan segera mencarikan dokter residen untuk menangani kasus kita (fyi dokter yang kita temui ini bukan dokter yang akan menangani kasus kita). Kemudian dokter meminta kita menunggu 2 (dua) minggu untuk mendapatkan kabar selanjutnya via SMS atau WhatsApp.
Setelah selesai dokter juga memberikan pilihan untuk melakukan rontgen di RSGM atau di Laboratorium Klinik PRAMITA. 

Karena rasa malas muncul dan diluar matahari sedang tersenyum lebar, aku memutuskan untuk rontgen di RSGM. Setelah itu kita pamit dengan Dokter dan diberi secuil kertas pengantar dan diarahkan bagian rontgen. Setelah memberikan kertas pengantar ke petugas rontgen, kita menunggu (lagi) untuk dipanggil namanya kemudian petugas akan memberikan arahan proses rontgen.
Jadi nanti kita dapat 2 (dua) hasil rontgen yaitu, Panoramic dan Cephalometry Lat (mohon maaf hasil rontgen, tidak sempat di foto hihi). Gambaran hasil rontgennya itu rontgen rahang/gigi dan rontgen tengkorak kita. Setelah itu kita bisa bawa pulang hasil rontgen dan menunggu dokter residen menghubungi.

Rincian pengeluaran di cerita Part I, sebagai berikut:

-          Pendaftaran Pasien Baru RSGM                                            = Rp. 10.000
-          Rontgen Panoramic dan Cephalometry Lat di RSGM          = Rp. 234.000 


    Total biaya pasang behel Part I                                            = Rp. 244.000


Kelanjutan ceritanya? klik Pengalaman Pasang Behel (Kawat Gigi) Part II




 




Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Pasang Behel (Kawat Gigi) di RSGM Prof. Soedomo FKG UGM Yogyakarta Part II